Indonesia,
tercatat dua kali mendapat apresiasi dalam hal pengurangan kemiskinan. Pertama,
pada zaman Orde Baru, Bank Dunia memberikan apresiasi kepada Indonesia sebagai
negara yang berhasil menurunkan tingkat kemiskinan dimana tingkat kemiskinan di
Indonesia telah berhasil diturunkan dari sekitar 40% pada tahun 1976 menjadi
sekitar 11% pada tahun 1996 berdasarkan data Badan Pusat Statistik. Kedua pada Periode 2005-2009. Berdasarkan catatan
Worldfactbook dan World Bank, penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia
termasuk yang tercepat dibandingkan negara lainnya.
“Sepanjang
periode 2005 hingga 2009, laju rata-rata penurunan jumlah penduduk miskin
Indonesia per tahun sebesar 0,8%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
pencapaian negara lain semisal Kamboja, Thailand, Cina, dan Brasil yang hanya
berada di kisaran 0,1% per tahun. Bahkan
India mencatat hasil minus atau terjadi penambahan penduduk miskin,” ungkap Staf
Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan Prof. Firmanzah, Ph.D, di
Jakarta, Senin (27/5).
Menurut
Firmanzah, angka kemiskinan di tahun 2005 sebesar 15,97% (35,1 juta orang)
dapat ditekan menjadi 11,96% (29 juta orang) per Maret 2012 dan ditargetkan
mencapai 11,5% di akhir 2012. “Ini menunjukkan telah terjadi pengurangan jumlah
penduduk miskin hingga 6 juta orang dengan tingkat konsistensi penurunan yang
terjaga termasuk pada pasca krisis dan perlambatan global 2008-2009,” ungkap
Prof. Firmanzah.
Ia
menyebutkan, angka kemiskinan di tahun 2004 sebesar 16,66% (36,1 juta orang)
dapat diturunkan menjadi 11,66% (28.59 juta orang) per Septemeber 2012.
Sementara dalam RAPBN 2013, pemerintah menargetkan angka kemiskinan berkisar
9,5 – 10,5% dan diharapkan pada akhir 2014 dapat berkisar di 8-9%.
Guru
Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu juga mengemukakan, sepanjang
2005-2012 angka kemiskinan menurun rata-rata antara 1,16 persen hingga 1,27
persen per tahun dan mampu menyelamatkan sekitar 7 juta jiwa keluar dari
lingkaran kemiskinan.
Menurut
Firmanzah, Program Percepatan Pengentasan Kemiskinan dan sejumlah program
pembangunan yang sedang berjalan telah berhasil tidak hanya menekan angka
kemiskinan tetapi juga meluas pada sejumlah indikator sosial termasuk turunnya
angka pengangguran. “Menurunnya angka pengangguran juga merupakan katalisator
penekan jumlah orang miskin sepanjang 2005-2012,” papar Firmanzah.
Di
tengah pertumbuhan penduduk yang
mencapai 240 juta, lanjut Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan
itu, pada akhir 2012 jumlah pengangguran dapat ditekan menjadi 6.1 persen (7.2 juta orang) dibanding 9.9 persen (10.3
juta orang) di tahun 2004.
“Peningkatan
perluasan lapangan kerja ini menjadi salah satu exit strategy bagi jeratan kemiskinan
di Indonesia. Hingga agustus 2012 tingkat pengangguran terbuka dapat ditekan
menjadi 6,14%,” ungkap Firmanzah.
Disebutkan
Firmanzah, capaian ini bahkan mendapat apresiasi dalam laporan mid-term IMF
2012 di saat negara-negara maju menghadapi tingginya angka pengangguran sebagai
imbas dari krisis global. “Selain keep buying strategy, berbagai program
percepatan pembangunan juga memberi andil bagi perluasan lapangan kerja yang
kemudian mendorong tenaga kerja di sektor formal semakin meningkat hingga menghampiri
40%,” jelas Firmanzah.
Mengenai
Program Percepatan penanggulangan Kemsikinan dengan 4 klaster, menurut Prof.
Firmanzah, tidak hanya menekan angka kemiskinana tetapi juga mendorong daya
beli masyarakat. Di samping itu program pembangunan yang sedang berjalan serta
aliran investasi yang masuk telah memperluas lapangan pekerjaan sebagai salah
satu katalisator pengentasan kemiskinan di Indonesia.
"Klaster
I hingga IV untuk mengakselerasi percepatan pengentasan kemiskinan sehingga
mempermudah pencapaian target di akhir 2013. Dengan berbagai program yang
didesain dalam kerangka besar percepatan pembangunan, kemiskinan di Indonesia
diharapkan dapat ditekan hingga 8-9 persen
di akhir 2014,” urai Prof. Firmanzah.
Menurut
Prof. Firmanzah, pada tahun 2013, anggaran pengentasan kemiskinan di alokasikan
sebesar Rp.115.5 triliun atau meningkat 16 persen dari 2012 (Rp.99.2 triliun).
Rata-rata kenaikan anggaran pengentasan kemsikinan yang dialokasikan dalam APBN
periode 2004-2013 (yoy) mencapai 18 persen.
0 komentar:
Posting Komentar